Menjadi tutor bahasa Inggris
untuk dokter adalah pengalaman yang berharga. Selain mendapat honor yang
layak tentunya, saya menjadi familiar dengan anatomi, fisiologi, dan patologi.
Tentu saja hanya dasar-dasarnya saja. Tapi, lumayan untuk menambah wawasan.
Saat mengajar para
residen kedokteran jiwa atau Psikiatri, saya mengenal beberapa istilah, gejala,
tanda, dan penanganan penyakit jiwa. Bahkan kemudia saya tahu, bahwa seseorang
yang semula saya kira ‘dosen tamu’ bagi para residen pendidikan dokter
spesialis kedokteran jiwa, ternyata
adalah ‘pasien’. Penampilannya begitu bersih, rapi, dan ramah. Menurut
pandangan awam saya, tidak ada tanda-tanda
lelaki tampan dan banyak bicara itu ‘gila’.
Saat mengajar para
residen ilmu penyakit syaraf atau Neurologi, saya menjadi tahu patofisiologi
berbagai penyakit dan gangguan kesehatan syaraf seperti stroke, gangguan tidur,
penyakit Alzheimer, dan sebagainya. Kemudian saya menjadi tahu bahwa orang yang
tiba-tiba ‘hilang ingatan’ bisa jadi terkena serangan stroke. Bukan menjadi
gila.
Demikian pula saat
mengajar bahasa Inggris untuk residen Anestesiologi. Secara bertahap, saya
‘diam-diam’ mencuri ilmu anestesi. Kemudian saya mengenal berbagai istilah dan
jargon anestesiologi. Saya juga menjadi tahu teknologi dan teknik penghilang
nyeri terkini. Bahkan saya bisa membayangkan dengan jelas karena para residen
memperagakan cara kerja mereka. Sungguh beruntung, saya mendapat ilmu tambahan
tanpa harus membayar mereka. Bahkan mereka yang membayar saya haha..
Eh.. tetiba saya ingat peribahasa
(maksim) “sambil menyelam minum air.” Sambil bekerja dan dibayar, saya mendapat
bonus ilmu kedokteran. Memang saya tidak
akan menjadi dokter. Tapi, saya menjadi lebih ‘melek ilmu kesehatan’ sehingga
bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari saya dan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar