Kelirumologi adalah suatu mashab atau paham mempelajari atau menelaah kekeliruan demi mencari kebenaran. https://id.wikipedia.org/wiki/Kelirumologi
Sejarah
Kelirumologi pertama dicetuskan oleh
Jaya Suprana[1], pengusaha
jamu asal Kota
Semarang yang juga pendiri
Museum Rekor Indonesia. Sebagai pemikir, Jaya kerapkali memperdalam berbagai literatur baik dari
buku maupun media lainnya untuk mempelajari kekeliruan yang terlanjur dianggap benar di tengah
masyarakat. Dari hasil olah pikirnya itu, Jaya menerbitkan buku berjudul
Kaleidoskopi Kelirumologi. Buku tersebut mengajak pembaca agar lebih kritis terhadap semua hal yang dianggap benar padahal sebenarnya salah. Jadi, kelirumologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kekeliruan menyebutkan suatu kata atau kalimat yang sudah dianggap benar di tengah masyarakat.
Karena gagasannya, tokoh dengan segudang julukan ini (antara lain: pianis, kartunis, seminaris, humorolog, jamulog, kelirumolog), Jaya Suprana dikenal sebagai Bapak Kelirumologi.
Secara berkala, Jaya Suprana juga menuliskan artikel-artikel tentang kelirumologi di majalah bulanan Indonesia
Intisari, setiap artikel membahas sebuah istilah yang salah kaprah. Kemudian rubrik Kelirumologi diterbitkan koran Sindo, majalah Tomato dan kini secara berkala setiap hari Jumat di Suara Pembaruan.
Asal kata
Jika diurai, 'kelirumologi' berasal dari kata 'keliru' yang artinya 'salah', dan 'logi (logos)' yang artinya 'ilmu'. Dua kata tersebut jika hendak digabungkan, maka seharusnya berbunyi
kelirulogi, bukan 'kelirumologi'. Akan tetapi Jaya Suprana sengaja menyelipkan kata "mo" yang 'keliru ' tersebut untuk sekadar menegaskan, bahwa istilah baru yang diciptakannya memang untuk mengajak kita semua menjadi peka terhadap kekeliruan karena istilahnya sendiri juga keliru.
Kelirumologi dalam pemasaran
Beberapa pihak sangat diuntungkan oleh kelirumologi. Terutama produk-produk yang popularitasnya meningkat setelah kekeliruan ini terjadi dan masyarakat menjadikannya sebagai identitas suatu produk atau jasa dibanding mengingatnya sebagai merk. Misalnya produk Aqua atau Pentium.
Secara positif, kelirumologi penyebutan merk adalah keberhasilan upaya
marketing yang salah satu tujuannya memengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesenangan suatu produk.
Beberapa contoh kekeliruan istilah
Beberapa contoh di bawah ini adalah sebagian dari kesalahkaprahan penggunaan kata atau kalimat, dan penyebutan tidak semestinya yang kerap kali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Bertambahnya temuan-temuan masih menjadi kemungkinan.
Absen
Absen berasal dari bahasa
Inggris,
absent yang artinya
tidak hadir. Namun kenyataan dalam kehidupan sehari-hari membuktikan, penggunaan kata tersebut diartikan sebaliknya, menjadi
hadir.
Di sekolah dan kantor-kantor baik swasta maupun pemerintah, istilah
buku absen digunakan untuk memberi label buku daftar hadir. Begitu pula
kartu absen, yakni kartu yang digunakan untuk mengetahui kehadiran seseorang.
Merujuk pada arti dalam bahasa Inggris tadi, kata
absen untuk
buku absen atau
kartu absen perlu diganti dengan
presency card atau
kartu kehadiran, yang berasal dari bahasa Inggris,
present yang artinya
hadir,
mempersembahkan. Jadi sebaiknya digunakan bahasa Indonesia, misalnya
kartu kehadiran atau
buku daftar hadir.
Pagelaran
Banyak orang menuliskan kata 'pagelaran' untuk padanan kata 'penyelenggaraan' atau 'pementasan'. Sejauh manakah kata tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya? Coba kita amati pola pembentukan kata berikut ini:
tani, bertani, petani, pertaniansilat, bersilat, pesilat, persilatandagang, berdagang, pedagang, perdaganganmukim, bermukim, pemukim, permukimangelar, bergelar, penggelar, pergelaran
Merujuk pada pola pembentukan kata, maka seharusnya kata 'pagelaran' perlu diganti menjadi 'pergelaran'.
Keroncong
Kebanyakan orang sering menyamaratakan antara
keroncong,
langgam, dan
stambul dengan sebutan keroncong. Padahal ketiganya berbeda satu sama lain. Di depan judul lagu biasanya tertulis singkatan
Kr untuk keroncong,
Lgm untuk langgam, dan
Stb untuk stambul. Contoh
Kr Bahana Pancasila,
Lgm Kota Solo, atau
Stb Baju Biru. Pembedaan istilah didasarkan pada bentuk bangunan lagunya. Kerancuan penyebutan dimungkinkan karena kesamaan irama, warna musik, dan jenis
instrumen yang digunakan (gitar, cukulele, cak, flute, biola, bass, dan cello). Seperti sering kita jumpai, orang menyebut lagu langgam Bengawan Solo atau stambul Baju Biru dengan sebutan keroncong.
Coba amati perbedaan bentuk lagu dibawah ini (kode chord menggunakan huruf romawi I sampai VII):
- Keroncong asli memiliki bentuk lagu A - B - C. Dibawakan sebanyak dua kuplet utuh (dari atas). Berikut sepenggal alur lagu keroncong asli: | I , , , | I , , , | V , , , | dan seterusnya, seperti dalam lagu Kr Tanah Airku ciptaan Kelly Puspito.
- Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A - A - B - A dengan pengulangan dari bagian A kedua. Beda sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya langsung pada bagian B. Berikut sepenggal alur lagu langgam: | I , , , | IV , V , | I , , , | I , , , | dan seterusnya, seperti dalam lagu Lgm Bengawan Solo ciptaan Gesang.
- Stambul memiliki bentuk lagu A - A. Setelah interlude biasanya diulang dari bagian A ke dua. Berikut ini adalah sepenggal alur lau stambul: | I , , , | I , , , | IV , , , | dan seterusnya, seperti dalam lagu Stb Baju Biru.
Melihat begitu mencoloknya perbedaan antara ketiganya, maka penyebutan keroncong tidak serta-merta berdasar pada kesamaan irama saja, namun juga meneliti bentuk lagu (progresi chord).
Stres
Pada umumnya, orang sering mengatakan bahwa pengidap gangguan mental berat (
gila) dengan istilah orang stress. Pada kenyataannya, setiap orang yang terkena tekanan mental adalah
stres.
Publikasi
Secara lebih lengkap, Jaya Suprana mengumpulkan kekeliruan-kekeliruan di dalam peradaban dan kebudayaan umat manusia ( bukan terbatas kekeliruan dalam berbahasa) dalam serial Kaleidoskopi Kelirumologi jilid I sd VII yang kemudian digabung dan ditambah menjadi Ensiklopedi Kelirumologi yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Jaya Suprana juga menulis Kelirumoligi Genderisme dan Kelirumologi Reformasi. Direncanakan juga diterbitkan Naskah-Naskah Kelirumologi yang merupakan kompilasi naskah-naskah di rubrik Kelirumologi Suara Pembaruan.
Di dalam Simposiium Internasional Filsafat Indonesia yang diselenggarakan Jaya Suprana bersama Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara terdapat sesi bahasan khusus mengenai KELIRUMOLOGI oleh para tokoh-tokoh kelirumolog seperti HS Dillon, Kwik Kian Gie, Christianto Wibosono, Suka Hardjana, Sri Edi Swasono , Agus Purwadianto, Inayah Wahid, dan lain-lain.